Posts

Showing posts from October, 2014

Merawat Anak yang Terkena KIPI

Oleh: Arif Rohman Mansur, S.Kep.Ns Definisi KIPI Pembaca majalah kesehatan muslim yang semoga dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama membahas tentang cara merawat anak yang mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau dalam istilah bahasa inggris dikenal sbagai adverse event following Immunization (AEFI). Dalam ilmu kedokteran setiap jenis terapi biasanya memiliki risiko relatif (Relatif Risk) atau risiko yang mungkin timbul karena suatu terapi yang diberikan guna mencegah atau mengatasi suatu penyakit. KIPI menurut KEPMENKES 1626 Tahun 2005 yaitu kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, keracunan, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program, koinsidensi (faktor kebetulan), reaksi suntikan, atau hubungan sebab akibat tidak dapat ditentukan yang dapat terjadi setelah pemberian vaksin atau imunisasi pada anak. KIPI dapat terjadi dalam kurun waktu 24 jam s

Abu Sa’id Al-Khudri Mengobati Menggunakan Al-Fatihah

Terdapat satu kisah sahabat Abu Sa’id Al-Khudri yang mengobati dengan membaca bacaan ruqyah kepada orang yang terkena gigitan racun kalajengking. Beliau menggunakan A-Fatihah sebagai bacaan ruqyah dan berhasil. Yang sebelumnya hampir lumpuh tidak bisa berjalan, tiba-tiba sembuh seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Berikut kisahnya dalam hadits, لِفى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنّ سَيّدَ الْحَىّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَ ر بَأَ الرّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَ ى ب أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنّبِىّ -ص ى الله عليه لِ وسلم-. فَأَ ىت ىت النّبِىّ -ص ى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللّهِ وَاللّهِ مَا رَقَيْتُ لَخُذُوا مِنْهُمْ وَا ر ضِبُوا ى ل « ثُمّ قَالَ .» وَمَا أَدْرَاكَ أَنّهَا رُقْيَةٌ « إِ لالّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسّمَ وَقَالَ » بِسَهْمٍ مَعَ

Benarkah Tahnik Adalah Imunisasi dalam Islam?

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen Sekelompok orang mengklaim bahwa tahnik adalah imunisasi dalam ajaran Islam atau diklaim sebagai imunisasi yang Islami. Pendapat ini umumnya diusung oleh kelompok antivaksin untuk menolak vaksinasi. Dalam tulisan ini, kami akan membawakan beberapa penjelasan ulama mengenai hikmah tahnik. Dari beberapa penjelasan ulama disimpulkan bahwa ternyata pernyataan “tahnik adalah imunisasi dalam islam” tidak tepat. Berikut pembahasannya Definisi Tahnik dan Hadits-hadits Tentang Tahnik Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan pengertian tahnik,“Tahnik ialah mengunyah sesuatu kemudian meletakkan/ memasukkannya ke mulut bayi lalu menggosok-gosokkan ke langit-langit (mulut)nya. Dilakukan demikian kepada bayi agar supaya ia terlatih terhadap makanan dan untuk menguatkannya. Dan yang patut dilakukan ketika mentahnik hendaklah mulut (bayi tersebut) dibuka sehingga (sesuatu yang telah dikunyah) masuk ke dalam perutnya. Dan yang lebih utama (ketika) mentahnik ialah d

ASI Sebagai “Imunisasi” Alami

Penulis : dr. Avie Andriyani ASI Merupakan Makanan Terbaik Bagi Bayi Tidak diragukan lagi mengenai keunggulan ASI (Air Susu Ibu) yang merupakan makanan terbaik bagi bayi. Hampir semua kalangan, termasuk dunia kedokteran ikut menganjurkan supaya ibu lebih memilih ASI dibandingkan susu sapi atau susu formula. Allah berfirman dalam Al-Qur’an : وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَ كَامِلَ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan… “ (Al-Baqarah 233) Sungguh disayangkan masih banyak ibu yang enggan menyusui bayinya, hanya karena alasan sibuk bekerja, untuk menjaga penampilan, dan alasan-alasan lain. Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan ada banyak sekali manfaat ASI dan menyusui, baik bagi bayi maupun bagi sang ibu. Selain aman, higienis, bergizi, dan ekonomis, ASI juga mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang tidak dimiliki oleh susu formula yang termahal sek

Imunisasi Dalam Pandangan Syariat

Penyusun : dr. Raehanul Bahraen Status halal-haram imunisasi dan vaksinasi menjadi perdebatan yang sengit dan bahkan “panas”. Bak di luar negeri maupun di Indonesia, terlebih lagi negara kita mayoritas muslim. Berikut sedikit pembahasan mengenai hal ini. Setelah berkonsultasi dan berdiskusi dengan beberapa ustadz dan melihat beberapa fatwa ulama, hati kami merasa lebih tentram dengan condong bahwa imunisasi insyaAllah halal. Wallahu ‘alam, kami memang punya dasar pendidikan kedokteran, mungkin ada yang mengira kami terpengaruh oleh ilmu kami sehingga mendukung imunisasi dan vaksinasi. Akan tetapi, justru karena kami punya dasar ilmu tersebut, kami bisa menelaah lebih dalam lagi dan mencari fakta-fakta yang kami rasa lebih menentramkan hati kami. Berikut kami berusaha menjabarkannya dan menjawab apa yang menjadi alasan mereka menolak imunisasi. Vaksin haram? Ini yang cukup meresahkan karena Indonesia sebagian besar muslim. Namun mari kita kaji, kita ambil contoh vaksin polio atau vaksin

Imunisasi Dalam Pandangan Medis

Imunisasi adalah investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan paling efektif terhadap penyakit infeksi dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya sehingga mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat tentang manfaat imunisasi, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. Kesehatan adalah Dambaan Setiap Insan Merupakan keinginan semua orang tua untuk mempunyai anak yang sehat, tidak sakit, dan tidak cacat, serta memiliki pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Paradigma anak sehat meliputi sehat fisik, sehat kognitif dan sehat emosi-sosial-moral. Sehat fisik

Antara Tawakkal dan Pengobatan

Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA. Berdasarkan keyakinan ini, sebagian kaum muslimin bersikap hati-hati bahkan menjauhi berbagai praktek pengobatan, karena diyakini dapat menodai kemurnian tawakkal diri kepada Allah.Sikap semacam ini tentu mengundang kontroversi bagi kebanyakan ummat Islam, terlebih di tengah kemajuan pesat ilmu dan tekhnologi pengobatan medis. Hukum Berobat. Berobat sejatinya hanyalah suatu upaya untuk menghilangkan penyakit yang mengganggu kesehatan, sebagaimana makan dan minum adalah upaya untuk menghilangkan rasa haus dan lapar. Sebagaimana halnya makan dan minum adalah upaya yang dibenarkan secara syari'at, maka demikian pula halnya dengan pengobatan, karena itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ "Setiap penyakit pastilah ada penawarnya, karenanya bila obat suatu penyakit telah didapatkan dengan tepat, maka -dengan izin Allah Azza wa Jalla-

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Image
    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Peserta memahami tentang manajemen sumber daya manusia, serta dapat berperan aktif dalam proses manajemen SDM di institusi tempat kerjanya (Rumah Sakit dan Puskesmas). TUJUAN   INSTRUKSIONAL KHUSUS Meningkatnya pengetahuan peserta tentang : 1.      Pengertian   dan konsep manajemen SDM 2.      Proses manajemen SDM MATERI 1.       Pengertian Manajemen SDM 2.       Konsep SDM 3.       Proses Manajemen SDM 4.       Model Pelatihan METODA 1.       Kuliah singkat 2.       Kerja Kelompok 3.       Presentasi -   Diskusi Pleno RENCANA PEMBELAJARAN Bagian A Topik      :    Manajemen Sumber Daya Manusia Metode    :    Kuliah Singkat Waktu      :    20 menit Bagian B Topik      :     Analisis Kebutuhan Pelatihan (need assessment) Metode    :    Kerja Kelompok (Diskusi kelompok) Waktu     :     30 menit Bagian C Metode    :    Pleno Waktu      :    30 menit Bagian D Topik       :   Evaluasi Pembelajaran Metode     :